Rabu, 15 April 2015

GAGASAN DALAM WACANA DAN IMPLEMENTASINYA

Membaca ekstensif merupakan cara membaca secara cepat dan sekilas dengan tujuan memahami gambaran isi buku secara umum. Dalam, membaca ekstensif, diperlukan kecepatan dan ketepatan. Detail atau perincian bacaan tidak perlu dihafalkan, tetapi cukup dibaca sekali dan dipahami gagasannya. Teknik membaca ekstensif hampir sama dengan teknik membaca cepat, yaitu membaca secara cepat dan sekilas tanpa mengurangi pemahaman terhadap isi bacaan. Hal terpenting dari teknik membaca secara ekstensif ialah menemukan gagasan secara tepat. Untuk menemukan gagasan dari beberapa artikel atau buku dalam waktu singkat, bacalah artikel-artikel atau buku tersebut sekilas saja (ekstensif).Berikut ini merupakan salah satu teknik membaca yang dikenal istilah membaca dengan teknik POINT. Langkah-langkah membaca dengan teknik POINT seperti berikut ini:

  1. Purpose yaitu menentukan tujuan membaca. Informasi apa yang hendak diinginkan? Perlukah membaca buku secara keseluruhan?
  2. Overview atau membaca sekilas yaitu melakukan peninjauan awal secara sekilas mengenai keseluruhan isi buku.
  3. Interpretasi atau menafsirkan yaitu setelah membaca sekilas kemudian tafsirkan isinya.
  4. Note atau mencatat, maksudnya setelah membaca secara teliti dan memahami isinya buatlah catatan-catatan penting untuk memudahkan ingatan.
  5. Test atau menguji, maksudnya pada akhir membaca Anda harus mengevaluasi mengenai apa saja yang telah dibaca dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan.



ARTIKEL 1

Menyoroti Pemakaian “Nol” dan

“Kosong” di Masyarakat


Berbahasa Indonesia dengan benar dalam komunikasi merupakan sebuah bukti kecintaan kita kepada bangsa, negara, dan tanah air kita. Bahasa Indonesia tidak dapat kita lepaskan dengan rakyat Indonesia itu sendiri karena rakyat Indonesia adalah pengguna sekaligus pendukung bahasa Indonesia. Hidup dan matinya bahasa Indonesia sebenarnya tergantung pemakaiannya oleh rakyat Indonesia. Kita sebagai rakyat Indonesia harus memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar untuk melestarikan dan menduniakan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia itu sendiri sebnarnya merupakan sebuah kebutuhan bagi kita untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Apa jadinya jika kita tidak memakai bahasa Indonesia saat ingin berkomunikasi dengan orang yang tidak menguasai bahasa daerah kita. Tentunya kita kesulitan dalam mengungkapkan isi pikiran dan perasaan kita kepada orang lain tersebut. Dalam kaitannya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat, terdapat satu masalah yang hingga saat ini masih terjadi.

 

Kita tentu sering mendengar orang menggunakan kata kosong untuk menyebut angka yang dilambangkan dengan “0” di masyarakat. Hal ini kerap kita dengar saat orang menyebut angka tersebut di awal nomor telepon seluler. Contohnya, kosong delapan sembilan belas dan seterusnya. Jika kita perhatikan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2001, katakosong itu mengandung beberapa makna. Makna pertama ialah ‘tidak berisi’.Makna yang pertama ini dapat kita pakai dalam kalimat seperti, Lemari kosong ini dapat kita gunakan untuk menyimpan pakaian anak-anak kita. Makna kedua ialah ‘tidak berpenghuni’. Makna yang kedua ini dapat kita pakai dalam kalimat seperti, Rumah itu sudah lama kosong. Makna-makna lainnya dari kata kosong ini ialah ‘hampa’, ‘tidak mengandung arti’, ‘tidak bergairah’, ‘tidak ada yang menjabatnya’, ‘tidak ada sesuatu yang berharga’, dan ‘tidak ada muatannya’.

 

Makna-makna dari kata kosong di atas tidak ada satu pun yang mengarah kepada kata bilangan. Padahal angka yang dilambangkan dengan “0” merupakan kata bilangan. Dengan melihat makna-makna kata kosongtersebut, tentulah kita tidak tepat memakai kata kosong untuk menyebut angka yang dilambangkan dengan “0” seperti dalam deret pertama nomor telepon seluler. Lalu adakah kata dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk kita gunakan dalam menyebut angka yang dilambangkan dengan “0” itu? Jawabanya adalah ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2001 terdapat kata nol yang bermakna ‘bilangan yang dilambangkan dengan 0’. Kata nol inilah yang tepat kita pakai untuk menyebut angka yang dilambangkan dengan “0”.

 

Melihat kenyataan di masyarakat kita saat ini dan kita kaitkan dengan kebenaran dalam pemakaian bahasa Indonesia, sudah saatnya kita tidak menggunakan kata yang salah seperti kata kosong tersebut. Jika kita ingin menyebut angka-angka dalam nomor telepon seluler, pakailah kata yang benar dalam bahasa Indonesia. Misalnya 085751076399 pakailah kata noluntuk menyebut angka pertama dan ketujuh dalam nomor telepon tersebut. Kita sebaiknya tidak menggunakan kata kosong untuk menyebut angka pertama dan ketujuh dalam nomor telepon contoh di atas. Hal ini disebabkan kata kosong bukanlah kata bilangan.

 

Sebagaimana yang sudah saya paparkan di atas, marilah kita berusaha untuk berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Dalam hal ini tentunya kata yang benar untuk menyebut angka yang dilambangkan dengan “0” juga harus kita pakai. Kata yang benar untuk penyebutan angka yang dilambangkan dengan “0” ini adalah kata nol karena kata nol bermakna ‘bilangan yang dilambangkan dengan 0’. Pemakaian kata yang salah dalam berbahasa Indonesia saharusnya kita hindari sejauh mungkin. Berbahasa Indonesialah secara baik dan benar untuk menuju masyarakat madani dalam hal berbahasa. Bagaimana menurut kalian?


ARTIKEL 2

Penggunaan  Bahasa Indonesia, Daerah serta Bahasa Asing Secara Seimbang sebagai Wahana Pengembangan Jati Diri dan Karakter Bangsa


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya, bahasa daerah, agama dan adat istiadat. Pada tanggal 28 Oktober 1928, lebih dari 700 orang yang terdiri atas wakil-wakil perkumpulan pemuda hadir dalam rapat akbar untuk menyuarakan sumpah setia mereka yang terkenal hingga saat ini bernama Sumpah Pemuda. Salah satu bunyi dari sumpah pemuda "Menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia." Itu berarti menaati dan memuliakan bahasa Indonesia sebagai bahasa peratuan dan nasional Indonesia. 

 

Namun,di era globalisasi seperti sekarang ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antar bangsa yang sangat rumit. Untuk itu bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa Indonesia, memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, tata bahasa mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing ketika mempelajari bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah- tengah pergaulan antar bangsa pada era globalisasi ini.

Bangsa Indonesia sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain .Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia terungkap jika bangsa Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia dari pada bahasa asing dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu belebihan. Yang perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa membedakan mana pengaruh positif dan mana pengaruh yang negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti inilah yang bisa menanamkan rasa percaya diri bangsa Indonesia bahwa bahasa Indonesia memberikan perubahan signifikan bagi terciptanya disiplin berbahasa. Disamping itu, disiplin berbahasa nasional sangat diperlukan untuk menghadapi pergaulan antar bangsa dan era globalisasi ini. Seseorang yang berdisiplin berbahasa nasional menunjukan rasa cinta kepada bahasa, tanah air, dan NKRI.

Penggunaan Bahasa Indonesia dan Daerah serta bahasa Asing di masyarakat sebagai wahana pengembangan Jati diri bangsa perlu di lakukan karena berbagai faktor ,di antaranya kuatnya pengaruh negatif media massa (cetak dan elektronik) terhadap penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat menyebabkan banyak terjadi salah kaprah sehingga mengalami pelbagai "perlakuan" oleh masyarakat pemakainya.Kurangnya perlindungan terhadap bahasa daerah (bahasa ibu) yang mulai terancam punah juga belum optimalnya pemanfaatan budaya (seni) dalam meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Selain itu masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar serta rendahnya pemahaman masyarakat terhadap bahasa sebagai pemersatu dan jati diri bangsa sehingga  keteladanan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang benar semakin berkurang.Begitupun dengan interaksi dengan bangsa lain yang kurang dapat diterima dengan baik akibat kendala tidak mahir berbahasa asing membuat komunikasi menjadi sedikit kacau.


Maka dari itu perlunya pembagian pemakaian bahasa Indonesia,daerah serta asing secara seimbang yaitu menggunakan bahasa yang sesuai dengan porsi, konteks, situasi, dan kondisi yang ada.Dengan menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, peduli sastra Indonesia, serta lancar berbahasa daerah dan asing dapat memberikan manfaat yang baik bagi bangsa Indonesia maupun diri sendiri. Manfaat bagi bangsa Indonesia, yaitu menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan budaya serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan penguasaan bahasa asing di masyarakat. Manfaat bagi individu yang menguasai bahasa dan sastra Indonesia, daerah serta asing, yaitu dapat diterima di lingkungan masyarakat dengan mudah karena pandai berkomunikasi, dapat lebih arif dalam menjalani kehidupan dengan bersastra, dan meningkatkan mobilitas dengan menguasai bahasa asing.

Berkaitan dengan hal tersebut, adanya ajang pemilihan duta bahasa yang telah berlangsung dari tahun ke tahun sudah sepantasnya para peserta duta bahasa yang berasal dari berbagai daerah dapat diberdayakan sebagai mitra kerja pusat bahasa untuk diterjunkan ke daerah asal masing-masing untuk melakukan Program Peduli Bahasa sehingga ajang tersebut tidak terkesan sia-sia tanpa ada kegiatan yang berkelanjutan.


Jadi,menggunakan bahasa Indonesia ,Daerah,serta bahasa Asing secara seimbang dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu cara untuk mengembangkan karakter serta jati diri bangsa.Dimana penguasaan bahasa asing juga turut menyumbangkan manfaat yaitu masyarakat Indonesia bisa memperkenalkan budaya bangsa sendiri serta dapat berkomunikasi dengan lancar ataupun bertukar pendapat dengan baik sehingga kita tidak akan tertinggal dari bangsa lain dalam hal ilmu pengetahuan,teknologi,maupun pergaulan internasional.


Hal ini tentu membutuhkan banyak dukungan serta peran masyarakat sendiri dalam membentuk jati diri serta karakter bangsa agar tercipta generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang bangga terhadap bahasa Indonesia namun tetap terbuka pandangannya terhadap bahasa lain. Dengan meningkatkan rasa cinta pada bahasa Indonesia secara otomatis meningkatkan rasa cinta tanah air. Sehingga terbentuk karakter serta jati diri bangsa Indonesia yang sesuai dengan pepatah bahwa "Bahasa Menunjukan Bangsa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar